Home » » Cepat Menanggapi Alarm Tubuh, Sinyal Prediabetes

Cepat Menanggapi Alarm Tubuh, Sinyal Prediabetes

Angka 140 merupakan alarm alami yang dipancarkan tubuh ketika sel beta pancreas mulai kewalahan menjalankan tugasnya. Agar tidak sampai mengalami prediabetes, tiap orang harus menjaga kadar gula darah pascapuasa tetap di bawah 140 mg/dl. Sedangkan glukosa puasanya mesti kurang dari 100 mg/dl.
Selain itu, setiap individu juga perlu memperhatikan profil lemaknya. Upayakan agar kadar kolesterol “baik” HDL lebih dari 45 mg/dl, sedangkan kolesterol “jahat” LDL kurang dari 100 mg/dl. Kadar trigliserida usahakan tak mencapai 130 mg/dl.
Kondisi ideal itu bisa dicapai dengan pengaturan pola makan. Pilih panganan yang rendah lemak, miskin lemak jenuh, dan minim asam lemak trans. Kurangi garam dan perkaya kandungan serat dalam menu sehari-hari.
Lantas, jangan lupa melakukan aktivitas fisik. Anda pun perlu mengendalikan berat badan hingga mencapai indeks massa tubuh sekitar 18 sampai 23. Lakukan pula aktivitas fisik sedang dan teratur selama 30 sampai 60 menit per hari, empat hari dalam seminggu.

Tes Gula Darah Mumpung Masih Usia Produktif


Cek gula darah perlu dilakukan oleh mereka yang memiliki factor resiko diabetes. Pemeriksaan harus rutin. Cek setiap tahun atau paling tidak dua tahun sekali untuk skrining.

Selain orang dengan riwayat keluarga diabetes mellitus, kita juga perlu mewaspadai kemungkinan terjadinya diabetes. Terlebih, belakangan diabetes tidak saja menghantui mereka yang memiliki bakat genetic terkait penyakit ini. Mereka yang menjalankan gaya hidup kurang gerak, obesitas, pola makan buruk, dan rawan stress juga harus mewaspadai diabetes.

Skrining prediabetes juga baik dilakukan oleh orang yang sudah berusia lebih dari 45 tahun yang memiliki berat badan lebih. Tesnya mencakup Gula Darah Puasa (GDP) dan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Prediabetes mewakili kondisi glukosa puasa terganggu atau toleransi glukosanya terganggu.


Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Diagnosis diabetes ditegakkan berdasarkan gejalanya yaitu 3P (Polidipsi, Polifagi, Poliuri) dan hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan kadar gula darah yang tinggi (tidak normal). Untuk mengukur kadar gula darah, contoh darah biasanya diambil setelah penderita berpuasa selama 8 jam atau bisa juga diambil setelah makan.
Perlu perhatian khusus bagi penderita yang berusia di atas 65 tahun. Sebaiknya pemeriksaan dialkukan setelah berpuasa dan jangan setelah makan, karena usia lanjut memiliki peningkatan gula darah yang lebih tinggi.

Tes Toleransi Glukosa


Pemeriksaan darah lainnya yang bisa dilakukan adalah tes toleransi glukosa. Tes ini dilakukan pada keadaan tertentu, misalnya pada wanita hamil. Tes ini untuk mendeteksi diabetes yang sering terjadi pada wanita hamil.

Pasien yang akan dites diminta berpuasa dan contoh darahnya diambil untuk mengukur kadar gula darah puasa. Lalu, pasien diminta meminum larutan khusus yang mengandung sejumlah glukosa dan 2-3 jam kemudian contoh darah diambil lagi untuk diperiksa.

Hasil pemeriksaan contoh glukosa darah dibandingkan dengan kriteria diagnostik gula darah terbaru yang dikeluarkan oleh PERKENI tahun 2006.

Sebelum berkembang menjadi diabetes tipe 2, biasanya pasien selalu menderita prediabetes, yang memiliki gejala tingkat gula darah lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis diabetes. Setidaknya 20 persen dari populasi usia 40 hingga 74 tahun menderita prediabetes.

Penelitian menunjukkan beberapa kerusakan dalam jangka panjang. terutama pada jantung dan sistem peredaran darah selama prediabetes ini. Dengan mengalami prediabetes, anda akan memiliki risiko satu setengah kali lebih besar terkena penyakit jantung. Saat anda menderita diabetes, maka  risiko naik menjadi 2 hingga 4 kali.

Akan tetapi, pada beberapa orang yang mengalami prediabetes, kemungkinan untuk menjadi diabetes dapat ditunda atau dicegah dengan perubahan gaya hidup. Diabetes dan prediabetes dapat muncul pada orang-orang dengan umur dan ras yang beragam, tetapi ada kelompok tertentu yang memiliki risiko lebih tinggi.

Berbagai Faktor Peningkatan Risiko Diabetes


Indonesia menempati urutan keempat di dunia setelah Amerika Serikat, India, dan China dalam angka penderita diabetes. Diperkirakan sedikitnya 14 juta orang di negeri ini menderita diabetes dan setiap tahun jumlahnya terus meningkat. Ada sejumlah faktor yang dianggap bisa meningkatkan risiko diabetes, yakni :

  • Kadar glukosa darah tinggi
 Jika pemeriksaan gula darah (glukosa) menunjukkan Anda mengalami prediabetes (gula darah berkisar 111-125 mg/dL), berarti Anda berisiko tinggi terkena diabetes.
  • Adanya riwayat keluarga
Seseorang berisiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 1 atau tipe 2 jika orang tua atau saudara laki-laki atau perempuannya menderita penyakit ini.
  • Kelebihan berat badan
Sebagian besar penderita diabetes tipe 2 memiliki kelebihan berat badan. Semakin banyak jaringan lemak, semakin resisten otot dan sel jaringan terhadap insulin, terutama jika kelebihan lemak berada di sekitar perut.
  • Kurang beraktivitas
Semakin kurang aktif, semakin besar risiko anda terkena diabetes.
  • Usia
Risiko terkena diabetes tipe 2 bertambah seiring dengan meningkatnya usia.
  • Riwayat diabetes gestasional
Lebih dari separuh wanita yang mengalami diabetes gestasional (mengalami diabetes saat hamil) kelak akan terkena diabetes tipe 2 dalam hidupnya. Wanita yang pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4,5 kg juga berisiko lebih tinggi.
  • Sindrom ovarium polikistik
Sindrom ovarium polikistik adalah kondisi yang terjadi akibat ketidakseimbangan hormon pada wanita. Sindrom ini terkait kuat dengan risiko diabetes tipe 2. Banyak wanita yang menderita sindrom ini memiliki kadar insulin darah yang tinggi dan kurang peka terhadap efek insulin dibandingkan orang lain.
  • Hipertensi atau lemak darah yang abnormal
Karena orang yang memiliki tekanan darah tinggi dan kadar lemak darah (lipid) abnormal berisiko terkena diabetes, semua pengidap kedua kondisi tersebut harus melakukan pemeriksaan diabetes.

0 komentar:

Post a Comment