Tahukah anda mayoritas diabetesi justru tdiak mengetahui status kesehatannya? Mereka baru tersadar setelah komplikasinya terasa mengusik. Kebanyakan luput mencegat diabetes di masa prediabetes.
Penyebab keterlambatan diagnosis umumnya karena telat memeriksakan diri. Pada saat ke dokter, sekitar 30 sampai 50 persen dari diabetesi sudah mengalami kelainan jantung, dan 20 persen terkena kelainan pada mata. Sebanyak 9 persen menderita kelainan saraf dan 8 persen menghadapi kelainan ginjal.
Diabetes memang bisa berdampak sedahsyat itu. Namun, kemerosotan fungsi organ tubuh sebetulnya dapat dicegah. Minum obat sesuai dosis, jaga asupan makanan, dan berolahragalah secara teratur.
Diabetesi perlu melakukan monitoring gula darah. Lebih praktis dilakukan secara mandiri. Terkadang, penyandang diabetes darurat memerlukan hasil pemeriksaan yang seketika sebagai penentu langkah memulihkan kondisinya, baik terkait hiperglikemi ataupun hipoglikemi.
Untuk mereka yang terlanjur diabetes, disarankan untuk melakukan pemeriksaan gula darah puasa dan dua jam setelah makan. Ini merupakan standar yang dipetik dari Konsensus Perkeni 2006. Jangan lupa mencatat hasilnya agar dokter bisa mengambil keputusan medis yang tepat serta memandu untuk mengubah pola terapi. Selain itu, sebaiknya tidak memakai glucose meter untuk penegakan diagnosis diabetes.
Penyebab keterlambatan diagnosis umumnya karena telat memeriksakan diri. Pada saat ke dokter, sekitar 30 sampai 50 persen dari diabetesi sudah mengalami kelainan jantung, dan 20 persen terkena kelainan pada mata. Sebanyak 9 persen menderita kelainan saraf dan 8 persen menghadapi kelainan ginjal.
Diabetes memang bisa berdampak sedahsyat itu. Namun, kemerosotan fungsi organ tubuh sebetulnya dapat dicegah. Minum obat sesuai dosis, jaga asupan makanan, dan berolahragalah secara teratur.
Diabetesi perlu melakukan monitoring gula darah. Lebih praktis dilakukan secara mandiri. Terkadang, penyandang diabetes darurat memerlukan hasil pemeriksaan yang seketika sebagai penentu langkah memulihkan kondisinya, baik terkait hiperglikemi ataupun hipoglikemi.
Untuk mereka yang terlanjur diabetes, disarankan untuk melakukan pemeriksaan gula darah puasa dan dua jam setelah makan. Ini merupakan standar yang dipetik dari Konsensus Perkeni 2006. Jangan lupa mencatat hasilnya agar dokter bisa mengambil keputusan medis yang tepat serta memandu untuk mengubah pola terapi. Selain itu, sebaiknya tidak memakai glucose meter untuk penegakan diagnosis diabetes.
Apa yang terjadi dalam tubuh bila terkena diabetes?
- Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi.
- Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan dikeluarkan melalui air kemih.
- Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan. maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri). Akibatnya, penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi).
- Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, sehingga penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita sering kali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi).
- Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual, dan berkurangnya ketahanan tubuh selama melakukan olahraga. Penderita diabetes yang gula darahnya kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi.
Apa itu ketoasidosis diabetikum?
Pada penderita diabetes tipe 1, terjadi suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosis diabetikum. Meskipun kadar gula di dalam darah tinggi, tetapi sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, sehingga sel-sel ini mengambil energi dari sumber yang lain.
Sumber untuk energi dapat berasal dari lemak tubuh. Sel lemak dipecah dan menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis).
Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan berkemih yang berlebihan, mual, muntah, lelah, dan nyeri perut (terutama pada anak-anak). pernapasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah.
Bau napas penderita tercium seperti bau aseton. Tanpa pengobatan, ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma, kadang dalam waktu hanya beberapa jam.
Bahkan setelah mulai menjalani terapi insulin, penderita diabetes tipe 1 bisa mengalami ketoasidosis jika mereka melewatkan satu kali penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat infeksi, kecelakaan, atau penyakit yang serius.
Penderita diabetes tipe 2 bisa tidak menunjukkan gejala-gejala selama beberapa tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah, maka timbullah gejala berupa sering berkemih dan sering merasa haus. Jarang terjadi ketoasidosis.
Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari 1.000 mg/dL, biasanya terjadi akibat infeksi atau obat-obatan), maka penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang, dan suatu keadaan yang disebut koma hiperglikemik hiperosmolar non-ketotik.
Sebisa mungkin hindari komplikasi kronis akibat diabetes
penderita diabetes rentan terkena komplikasi penyakit lain. biasanya komplikasi muncul bila kendali guna darahnya tidak atau kurang baik. Komplikasi biasanya terjadi pada jantung dan pembuluh darah.
Menurut data Indonesian Diabetic Prevelence tahun 2006, jumlah penderita diabetes di perkotaan mencapai 8,2 juta orang. Sementara di pedesaan mencapai 5,5 juta orang. Badan kesehatan Dunia (WHO) bahkan memperkirakan jumlah penderita diabetes melitus (DM) tipe 2 di Indonesia meningkat tiga kali lipat dalam 10 tahun dan pada 2010 mencapai 21,3 juta orang, yang awalnya di tahun 2000 jumlah penderita hanya 8,4 juta orang.
Faktor kadar gula darah tinggi jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai komplikasi jangka panjang. Selain itu, apabila penyakit DM tidak segera ditangani dengan tepat bisa menyebabkan berbagai komplikasi yang fatal. Bisa juga dikatakan, diabetes merupakan penyakit serius yang dapat menyebabkan berbagai risiko morbiditas dan kematian yang signifikan, baik akut maupun kronis.
Komplikasi akut disebabkan oleh hiperglikemia parah dan biasanya disertai dengan pencetus infeksi Komplikasi kronis ditandai dengan kerusakan, disfungsi, dan akhirnya kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal, sarah, jantung, dan otak.
Diabetes bisa meningkatkan risiko berbagai penyakit
Penyakit diabetes juga menyebabkan gangguan atau komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh darah di seluruh tubuh, yang disebut angiopati diabetik. Kondisi ini berjalan kronis dan terbagi menjadi dua, yaitu :
- Gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut makroangiopati.
- Gangguan pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut mikroangiopati.
- Bila yang terkena pembuluh darah di otak, maka timbul stroke.
- Bila pada mata, bisa terjadi kebutaan
- Bila pada jantung, terjadi penyakit jantung koroner yang dapat berakibat serangan jantung atau infark jantung.
- Bila pada ginjal, akan menjadi penyakit ginjal kronik sampai gagal ginjal tahap akhir sehingga harus cuci darah atau transplantasi.
- Bila pada kaki, bisa timbul luka yang sukar sembuh sampai menjadi busuk (gangren).
- Selain itu bila saraf yang terkena, maka timbul neuropati diabetik, sehingga ada bagian yang tidak berasa apa-apa (mati rasa), sekalipun tertusuk jarum, paku, ataupun terkena benda panas.
Diabetes Meningkatkan Risiko Kaki Diamputasi
Kelainan tungkai bawah karena diabetes disebabkan adanya gangguan pembuluh darah, gangguan saraf, dan adanya infeksi. Pada gannguan pembuluh darah, kaki bisa terasa sakit, jika diraba terasa dingin, jika ada luka sukar sembuh karena aliran darah ke bagian tersebut sudah berkurang.
Pemeriksaan nadi pada kaki sukar diraba, kulit tampak pucat atau kebiru-biruan, kemudian pada akhirnya dapat menjadi gangren atau jaringan busuk, kemudian terinfeksi dan kuman tumbuh subur. Hal ini akan membahayakan pasien karena infeksi bisa menjalar ke seluruh tubuh (sepsis).
Bila terjadi gangguan saraf, disebut neuropati diabetik, dapat timbul gannguan rasa (sensorik) berupa baal, kurang berasa, sampai mati rasa. Selain itu, terjadi gangguan motorik, berupa kelemahan otot, otot mengecil, kram otot, dan mudah lelah. Kaki yang tidak berasa aka berbahaya karena bila menginjak benda tajam tidak akan terasa padahal telah timbul luka, ditambah dengan mudahnya terjadi infeksi. Kalau sudah gangren, kaki harus dipotong di atas bagian yang membusuk tersebut.
0 komentar:
Post a Comment