
Di Amerika Serikat, banyak produsen
makanan menggunakan High Fructose Corn Syrup (HFCS) atau gula jagung
yang lebih berbahaya dari gula pasir atau gula tebu. Berbeda dengan
gula pasir yang merupakan sukrosa, gula tebu adalah fruktosa yang
strukturnya lebih sederhana.
Makin sederhana struktur
gulanya, makin mudah diserap oleh tubuh sehingga lebih cepat menaikkan
kadar gula dalam darah. Bagi pengidap diabetes yang sulit mengolah
gula, kondisi ini sangat berbahaya karena bisa memicu berbagai
komplikasi termasuk gangguan jantung.
Meski lebih aman
dibandingkan gula jagung, gula pasir atau gula tebu tetap tidak lebih
aman. Ahli endokrinologi dari University of California, Dr Robert
Lustig mengatakan dalam bentuk apapun gula tetap berbahaya jika
dikonsumsi berlebihan.
“Gula dalam bentuk fruktosa maupun sukrosa
sama-sama tidak baik dan berbahaya untuk kesehatan. Keduanya adalah
racun bagi tubuh,” ungkap Dr Lustig seperti dikutip dari Foxnews,
Selasa (3/4/2011).
Meski begitu, konsumsi gula orang Amerika
Serikat justru makin meningkat dalam 30 tahun terakhir. Akibatnya,
bukan hanya jumlah penderita obesitas saja yang meningkat tetapi juga
pengidap diabetes terutama tipe 2 yang dipicu oleh pola makan yang
tidak sehat.
Terlebih, sebagian di antaranya tidak menyadari jenis
gula yang dikonsumsinya. Berbagai jenis makanan olahan di negara
tersebut masih menggunakan gula jagung, sementara konsumen jarang
memperhatikan label yang tercantum dalam kemasan saat membelinya.
Dr
Lustig mengatakan, konsumsi gula dalam bentuk apapun tidak boleh
melebihi 8 sendok teh dalam sehari. Berbagai jenis penyakit kronis
banyak ditemukan di Amerika Serikat karena orang-orang di negara itu
rata-rata mengonsumsi gula 4 kali lebih banyak dari yang dianjurkan.
0 komentar:
Post a Comment